Social Icons

Pages

Wednesday, 10 December 2014

TITIAN KASIH



TITIAN KASIH


Aku pernah berjalan di atas laut, tak ada karang tak ada batu. Karena aku telah berada di alam yang membuatku benar-benar merasa ringan seperti angin, melayang tanpa beban. Sesekali aku menjelma menjadi air agar bisa singgah di mana-mana, tak peduli tempat itu luas maupun sempit, tak peduli tempat itu bersih maupun kotor dan tak peduli tempat-tempat itu menerimaku atau tidak. Aku tak merasa hina, karena ia yang menyandingku, bukan aku yang menyandingnya. Aku hanya mengikuti sinyal-sinyal dan jejak-jejak yang ia tinggalkan di sekelilingku. Seperti magnet, mungkin istilah itu yang tepat.
            Aku menggandengnya, ia menggandengku. Aku memandangnya, ia memandangku. Aku mencintainya, ia mencintaiku. Mungkin aku tak bisa membaca benar hal yang merajai hatinya, ataukah benar diriku ataukah yang lain, aku tak perlu tau. Tapi hati ini terus mendorong untuk mengetahui dan memahami rahasia-rahasia yang tersirat dalam dirinya. Memaksa untuk menyatu dengannya padahal ada unsur lain yang masih mengharapkannya, terutama hatinya. Entahlah, yang penting aku telah membalas cintanya. Terkadang aku ragu, ketika bersama denganku sesekali ia menoleh ke belakang dan tersenyum mengingatnya. Namun yang terus aku lakukan adalah mencoba menghilangkan keraguan-keraguan itu dari benakku, tapi tetap saja keraguan itu suka muncul menengadahkan tangan mengajakku meluapkan emosi pada diriku sendiri. Mengapa aku tak bisa meyakinkannya?. Padahal aku telah memenuhi segala harapnya, meninggalkan memori yang pernah aku simpan. Kekasih macam apa aku ini?. Meneteskan butir-butir mutiara suci?. TIDAKKK!!... Bukan itu yang ku harapkan. Aku hanya ingin ia melupakan yang harus dilupakan, dan tak melupakan apa yang sebaiknya tak dilupakan. Professional?. Iya, itu tujuanku. Aku ingin kita setara, sebanding, serasa, senada, serasi, senasib dan sejalan. Saling mencintai dengan prosentase yang sama, karena ia yang menjadi tonggak hidupku, karena aku dia adalah kita.

Tuesday, 14 October 2014

PENGGALAN VOKAL I DAN U EPISODE I



PENGGALAN VOKAL I DAN U EPISODE I

Gerimis buta menggandeng malam ini
Dan musim pancaroba kan segera datang menyambut cerita kita
Tentang hati yang pernah lama hilang
Tentang ruh-ruh yang melayang tanpa arah
Tentang kamu dan aku
Kita... Kita yang menyatukan ruh-ruh itu kembali memeluk jasadnya
Pelukan hangat memadukan dua hati yang gundah gulana dalam buaian rindu dan lara
Rindu berbuah lara menyatu dengan angin malam yang senantiasa menggerayangi tubuh ini
Lantunan irama ilustrasi alam yang syahdu kian nampak kian berasa
Saat itu kita akan pergi bergandengan mengarungi badai yang tak kunjung usai
Tak peduli ada apa saja yang menghadang jalan kita
Kita tetap bergandengan bersama asa yang kita citakan berdua
Dan aku ingin tunjukkan pada alam tentang keindahan kita dalam menyambung kata
Keserasian kita dalam menyambung cinta
Keterpaduan kita dalam membina rasa
Semua tentang kita
Untuk menuai sebuah harapan yang fatamorgana
Dari gerakan-awan-awan yang berarak di langit yang kian nampak
Tak ada bintang
Tak ada bulan
Tak ada cahaya penerang jalan
Namun dari ketiadaan itulah kita menciptakan hal yang baru
Kita memancarkan binar cahaya dari biasan cinta kita
Partikel bahkan gelombang cahaya kasih sayang kita
Tanpa rasa
Tanpa kata
Tanpa makna
Mari kita beranjak
Lantunkan do’a bermunajat menyuarakan hasrat
Sebab aku ingin selalu bersamamu
Sampai kapanpun itu aku takkan memedulikan waktu

Oleh: Nafi’ Inayana Zaharo dan Achmad Nasyiuddin

Monday, 15 September 2014

Impian Tepi Kehidupan



Impian Tepi Kehidupan
Hidup ini tak bersekat
Tak perlu diibaratkan seperti barak
Yang kita hanya diam dalam satu ruang
Tak leluasa mengekspresikan hasrat
Jangan takut dengan hidup ini
Kita bebas mengobak-abik semuanya
Cinta, sahabat, keluarga dan harapan
Semua adalah media
Potongan mozaik kehidupan
Yang kita butuh akal tuk menyusunnya
Menjadi suatu gambaran yang utuh
Benar-benar utuh
Bahkan sampai tak terlihat sekatnya
Sekat-sekat yang bersajak di bawah tumpukan karang
Karang yang sedang berpesta warna
Melekuk memeluk kita
Kemudian berbaris mengikuti lekuk kehidupan
Yang terhimpit celah-celah berseteru
Saling berkesinambungan
Mengarak nasib menuju dermaga jiwa
Menerjang ombak, menerka lautan api
Hanya demi satu impian
Impian tepi kehidupan
Oleh: Sang Perajut Kata

Thursday, 24 July 2014

Asaku padaMu Tuhan




Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokaatuhu...
Alhamdulillah...
Ya Rabb, Tuhan seluruh alam. Hamba yakin bahwa selama ini Engkau selalu melindungi hamba hingga hamba menemui usia yang istimewa ini, peralihan usia remaja ke usia dewasa yakni 18 tahun.
Ya Rabb, tak mudah bagi hamba menelusuri segala aral melintang dalam hidup hamba tanpa tiupan berkah dari Engkau, tanpa ciuman kuasa Engkau. Hamba dapat berdiri di atas belahan bumi ini berkat kuasa Engkau Ya Rabb. Maka dari itu, jika tiada lagi bahu tuk bersandar perkenankan hamba bersujud kepada Engkau, merendahkan mahkota hidup daripada tempat yang tak suci agar kehinaan yang merajai tubuh hamba lekas Engkau terbangkan jauh dari hidup hamba. Namun persujudan ini akan selalu hamba tunaikan jika Engkau masih memberi kesempatan pada hamba.
Ya Allah, hamba memohon pintu maaf Engkau setelah 18 tahun hamba memijak tempat teristimewa yang Engkau sediakan pada hamba. Maaf jika hamba selalu saja melanggar ketetapan Engkau, tak menjaga titipan yang Kau amanahkan pada hamba untuk menjaganya. Hanya Engkaulah kuasa pembuka pintu maaf bagi hamba. J
Ya Rabb, jadikan hamba sebagai insan seperti makna do’a dalam barisan kata nama hamba yang diberikan oleh malaikat tanpa sayap hamba.
Ya Allah ya Tuhanku, izinkan hamba berhandai dengan tahun-tahun penuh berkah setelah ini, masih tetap menemui Ramadhan tahun-tahun berikutnya dan bukakanlah hati hamba tuk selalu menjadi kekasihMu.
Amin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokaatuhu

Sang Perajut Kata
 
Blogger Templates