LILIN PENGHIDUPAN
Nafi’ Inayana Zaharo
Lilin-lilinku
masih setia dengan sumbunya
Putih
tegak, berjajar sedulur papat
Mereka
berdiri di antara gelap yang mencekat
Bercumbu
dengan malam yang menjanjikan syahdu
Paripurna
dengan hempasan angin yang mondar mandir
Mencari
celah di ruang terbuka itu
Dari
ujung penglihatan sana
Seberkas
cahaya merah kekuningan
Tampak
berjalan mendekati lilin-lilin penghidupanku
Ya,
aku memang sedang menunggu berkas cahaya itu
Sebab
lilin-lilin penghidupanku telah dingin diambil alih malam
Mendekatlah!
Ayo.. terus melangkah ke sini
Oh
tunggu.. hati-hati
Nanti
berkas cahaya itu hilang ditelan angin
Ku
kira ia sedang rakus malam ini
Dalam
langkahmu, tinggalkanlah jejak yang pasti
Agar
aku bisa mencarimu esok atau lusa
Untuk
menghidupkan kembali malamku
Ya..
tinggal beberapa langkah lagi
Cepat
ciumlah sumbu-sumbu ini
Agar
mereka memberiku benderang
Meski
mereka akan meleleh nantinya
Tak
apa, malam akan cepat berganti pagi
Satu,
dua, tiga, empat
Lilin-
lilin penghidupanku
Aku
merasa ada ketika kau datang mencumbukan apimu pada lilin- lilinku
Padahal,
cekatnya malam telah mengambil alih hidupku
Tidak,
kini binatang-binatang kecil
Semak-
semak yang bergoyang
Pohon-
pohon yang berirama
Akan
dapat melihat senyumku kembali
Sebab,
kegelapan telah kau sirnakan
Dengan
lilin- lilin penghidupan
Semarang, 26 Oktober 2015
No comments:
Post a Comment