LIMBAH PADAT INDUSTRI TEH SEBAGAI BAHAN BAKU
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir
Mata Kuliah : Biologi Umum
Dosen Pengampu : Dian Ayuning Tyas,M.Biotech
Kelas :Tadris Kimia 1B
Oleh :
Nafi’ Inayana Zaharo (133711051)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
TAHUN AJARAN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teh merupakan salah satu
jenis bahan minuman yang sudah dikenal oleh masyarakat luas, tidak hanya di
Indonesia tetapi juga di dunia. Secara umum proses produksi teh meliputi
pelayuan, penggilingan, oksidasi (fermentasi), pengeringan dan pengemasan. Di
dalam setiap proses produksi teh menghasilkan limbah yang terdiri dari limbah
padat, limbah cair dan emisi. Limbah padat dari industri teh berasal dari ampas
teh yang merupakan sisa dari tiap tahapan proses produksi. Limbah cair berasal
dari sisa-sisa pencucian alat-alat yang digunakan selama proses pencucian yang
biasanya menggunakan soda api. Limbah emisi berasal dari heat exchanger
yang terdapat di bagian proses pelayuan dan pengeringan. Sedangkan pada
industri minuman teh botol, limbah padat berupa ampas teh berasal dari sisa
proses penyeduhan teh (Nanik Indah,2013). Dalam makalah ini, penulis akan
membahas tentang pemanfaatan limbah padat teh (ampas teh) sebagai bahan baku
pembuatan pupuk organik.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa definisi dari tanaman teh?
2.
Apa definisi dari pupuk organik?
3.
Apa saja kandungan zat dalam limbah padat teh?
4.
Bagaimana proses pengolahan ampas teh dalam pembuatan
pupuk organik?
5.
Bagaimana manfaat pupuk organik dari limbah padat
industri teh bagi kesuburan tanaman?
6.
Bagaimana cara mengaplikasikan pupuk organik dari ampas
teh untuk menyuburkan tanaman?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI TANAMAN TEH
Camellia sinensis adalah binomial nomen culture dari tanaman teh, spesies tanaman
yang daun dan pucuk daunnya digunakan untuk membuat teh. Tumbuhan ini termasuk genus Camellia (Hanzi tradisional: 茶花; Tionghoa: 茶花; Pinyin: Cháhuā), suatu genus tumbuhan berbunga dari famili Theaceae. Teh putih, teh hijau, oolong dan teh hitam semuanya didapat dari spesies ini, namun diproses secara berbeda untuk
memperoleh tingkat oksidasi yang berbeda. Kukicha (teh ranting) juga dipanen dari Camellia
sinensis, namun tidak memakai daun melainkan ranting.
Nama sinensis dalam bahasa Latin berarti Cina. Sedangkan Camellia diambil dari nama Latin Pendeta Georg Kamel,
S.J (1661 - 1706), seorang pendeta kelahiran Ceko yang menjadi seorang pakar botani dan misionaris. Meskipun Kamel tidak
menemukan maupun menamai tumbuhan ini, Carolus Linnaeus, pencipta sistem taksonomi yang masih dipakai hingga sekarang, memilih namanya sebagai penghargaan
atas kontribusi Kamel terhadap sains. Nama lama untuk tumbuhan teh ini termasuk
Thea bohea, Thea sinensis, dan Thea viridis.
Camellia sinensis berasal dari daratan Asia Selatan dan Tenggara, namun sekarang telah
dibudidayakan di seluruh dunia, baik daerah tropis maupun subtropis. Tumbuhan
ini merupakan perdu atau pohon kecil yang biasanya dipangkas bila dibudidayakan untuk dipanen daunnya.
Ia memiliki akar tunggang yang kuat. Bunganya kuning-putih berdiameter 2,5–4 cm dengan 7
hingga 8 petal.
Tumbuhan Camellia sinensis, dengan irisan
melintang bunga (kiri bawah) dan bijinya (kanan bawah). Biji Camellia
sinensis serta biji Camellia oleifera dapat di pres untuk
mendapatkan minyak teh, suatu bumbu yang agak manis sekaligus minyak masak yang
berbeda dari minyak pohon teh, suatu minyak atsiri yang dipakai untuk tujuan kesehatan dan kecantikan dan berasal dari
dedaunan tumbuhan yang berbeda. Daunnya memiliki panjang 4–15 cm dan lebar 2–5
cm. Daun segar mengandung kafein sekitar 4%[1]. Daun muda yang berwarna
hijau muda lebih disukai untuk produksi teh; daun-daun itu mempunyai
rambut-rambut pendek putih di bagian bawah daun. Daun tua berwarna lebih gelap.
Daun dengan umur yang berbeda menghasilkan kualitas teh yang berbeda-beda,
karena komposisi kimianya yang berbeda. Biasanya, pucuk dan dua hingga tiga
daun pertama dipanen untuk permrosesan. Pemetikan dengan tangan ini diulang
setiap dua minggu.[2]
B. DEFINISI PUPUK ORGANIK
Pupuk
organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti
pelapukan sisa
-sisa tanaman, hewan, dan manusia.[3] Pupuk
organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk
organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan
organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol
jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang
menggunakan bahan pertanian (termasuk teh), dan limbah kota (sampah).[4]
C.
KANDUNGAN ZAT DALAM TEH
Limbah padat dari
industri teh berasal dari ampas teh yang merupakan sisa dari tiap tahapan
proses produksi. Sedangkan pada industri minuman teh botol, limbah padat berupa
ampas teh berasal dari sisa proses penyeduhan teh.[5]
Dalam ampas teh terdapat banyak zat yang beberapa diantaranya berperan dalam
penyuburan tanaman atau tanah.
Kandungan teh
secara umum adalah kafein, tanin, dan minyak esensial. Unsur kafein memberikan
rasa segar dan mendorong kerja jantung manusia, tidak berbahaya jika dikonsumsi
tidak melebihi 300mg/hari. Unsur tanin adalah sumber energi yang berasal dari
sari teh tersebut. Sedangkan minyak esensial memberikan rasa dan bau harum yang
merupakan faktor-faktor pokok dalam menentukan nilai dalam setiap cangkir teh
yang dijual atau diperdagangkan. (Spillane, 1992)
Kandungan tanin dalam teh dapat digunakan sebagai pedoman
mutu, karena tanin memberikan cita rasa yang khas terhadap teh tersebut yaitu
rasa yang sedikit sepat. (Winarno, 1992). Katekin pada teh merupakan anti
oksidan kuat yang dapat menghambat proses penuaan. Komponen utama pada teh yang
berdaya mencegah kanker adalah EGCG (epigalocatechin galat), ECG (epicatechin
galat) dari grup katekin.[6]
Sifat utama tanin tumbuh-tumbuhan tergantung pada gugusan
phenolik-OH yang terkandung dalam tanin, tanin akan terurai menjadi pyrogallol,
pyrocatechol dan phloroglucinol bila dipanaskan sampai suhu 99oC-102oC, semua
jenis tanin dapat larut dalam air. Kelarutannya besar, dan akan bertambah besar
apabila dilarutkan dalam air panas. Begitu juga tanin akan larut dalam pelarut
organik seperti metanol, etanol, aseton dan pelarut organik lainnya. Tanin
berwarna putih kekuning-kuningan sampai coklat terang, tergantung dari sumber
tanin tersebut. Tanin juga mempunyai sifat atau daya bakterostatik, fungistatik
atau merupakan racun bagi bakteri dan jamur. (Risnasari, 2001).
Polifenol pada teh berupa katekin dan flafanol. Senyawa ini berfungsi
sebagai antioksidan untuk menangkap radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas
yang ada dalam tubuh disebabkan karena lingkungan udara yang telah tercemar
polusi dan makanan yang dikonsumsi. Selain itu, senyawa ini juga ampuh mencegah
berkembangnya sel kanker dalam tubuh.
Teh juga mengandung Vitamin
C dan E yang mampu memperkuat daya tahan tubuh. Hal yang tak
terlupakan bahwa teh juga menngandung Zat alkaloid dapat berperan dalam meringankan
sakit kepala sebelah (migren).
D.
PROSES PENGOLAHAN AMPAS TEH DALAM PEMBUATAN PUPUK
ORGANIK
Ampas teh
yang telah kita seduh bukan menjadi sampah yang tak ada manfaatnya. Karena
ampas teh juga sangat bermanfaat untuk menyuburkan tanah sehinga secara
langsung menyuburkan tanaman. Hal tersebut juga pernah disampaikan oleh Bapak
Sukamto Benedictus (Fakultas Peternakan Univ. Diponegoro) dalam hasil risetnya
yang dilakukan pada tahun 1996 yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Padat Industri
Minuman Teh sebagai Organic Fertilizer untuk meningkatkan produktifitas rumput
pakan”. Dari hasil riset tersebut bahwa ampas teh bisa berfungsi sebagai
pupuk organik. Kandungan ampas teh ini memiliki kandungan Nitrat (N) yang
mudah diserap oleh tanaman sehingga sangat bagus untuk menyuburkan tanaman.
Ampas teh sisa seduhan yang sudah tak dipakai bisa langsung di siramkan pada
tanaman, baik tanaman perdu seperti suplir maupun palem dan tanaman lainnya.
Nitrogen ( N ). Perlu diketahui bahwa kandungan Nitrogen bagi tanaman adalah
unsur yang sangat penting dalam pembentukan protein juga berbagai dedaunan dan
persenyawaan organik lainnya. Jadi tak hanya kita (manusia) saja yang
membutuhkan protein. [7]
Ampas teh dapat dikelola
menjadi kompos dengan kwalitas yang baik, dalam pengelolahannya kompos itu
dicampur dengan zat tambahan, diantaranya kapur, bekatul, tetes tebu atau gula.
Gula dan bekatul merupakan bahan yang bias membangkitkan mikroorganisme yang
akan menjadi pestisida. Dengan ditambah gula, mikroba tersebut cepat berkembang
dan cukup ampuh membunuh serangga.
Ampas teh yang akan
dijadikan pupuk tanaman, diproses melalui pengolahan secara termofil. Caranya,
ampas teh dari sisa penyeduhan di letakkan pada bak atau tempat khusus yang
telah disediakan, kemudian dan didinginkan selama satu hari.
Mikroorganisme ditambahkan untuk mempercepat proses penguraian dan dilanjutkan
dengan proses pembalikan dalam seminggu sekali. Kompos siap digunakan setelah
proses fermentasi berlangsung selama kurang lebih satu bulan.[8]
E.
MANFAAT PUPUK ORGANIK DARI LIMBAH PADAT INDUSTRI TEH
BAGI KESUBURAN TANAMAN
Berbagai
hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif
menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama terkait
dengan sangat rendahnya kandungan karbon organik
dalam tanah, yaitu 2%. Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal
dibutuhkan karbon organik sekitar 2,5%. Pupuk organik sangat
bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas,
mengurangi pencemaran
lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara
berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk
pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan
kimia yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik
terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Selain itu, peranannya cukup besar
terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk
organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase
perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus. Bahan organik juga
berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah
sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara
tanaman.
Penambahan
bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman, juga sebagai sumber
energi dan hara bagi mikroba. Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa
tanaman sedikit mengandung bahan berbahaya. Penggunaan pupuk kandang, limbah
industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos berbahaya karena banyak
mengandung logam berat dan
asam-asam organik yang dapat mencemari lingkungan. Selama proses pengomposan,
beberapa bahan berbahaya ini akan terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk.
Untuk itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang mengandung bahan-bahan
berbahaya dan beracun (B3). Pupuk organik dapat berperan sebagai pengikat
butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan pupuk. Keadaan ini memengaruhi penyimpanan,
penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah.
Bahan organik dengan karbon dan nitrogen yang banyak, seperti jerami atau sekam
lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan
bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos.
Pupuk
organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur) dan
mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi,
meskipun jumlahnya relatif sedikit. Unsur hara makro dan mikro tersebut sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, terutama bagi pencinta tanaman hias.
Banyak para pelaku hobi dan pencinta tanaman hias bertanya tentang komposisi
kandungan pupuk dan prosentase kandungan nitrogen, fosfor dan kalium yang tepat
untuk tanaman yang bibit, remaja, atau dewasa/indukan.
Fungsi unsur-unsur hara
makro :
Nitrogen (N):
·
Merangsang pertumbuhan tanaman
secara keseluruhan
·
Merangsang pertumbuhan
vegetatif (warna hijau daun, panjang daun, lebar daun) dan pertumbuhan
vegetatif batang (tinggi dan ukuran batang).
·
Tanaman yang kekurangan unsur
nitrogen gejalanya: pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun
sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.
Fosfor (P):
·
Berfungsi untuk pengangkutan
energi hasil metabolisme dalam tanaman
·
Merangsang pembelahan sel
tanaman dan memperbesar jaringan sel
·
Tanaman yang kekurangan unsur
fosfor gejalanya: pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna
keunguan atau kemerahan
Kalium (K):
·
Berfungsi dalam proses fotosintesis,
pengangkutan hasil asimilasi, enzim, dan mineral termasuk air.
·
Meningkatkan daya tahan/kekebalan
tanaman terhadap penyakit
·
Tanaman yang kekurangan unsur
kalium gejalanya: batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau
gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering,
timbul bercak coklat pada pucuk daun.
Pupuk
organik juga berfungsi meningkatkan kapasitas tukar kation tanah dan membentuk
senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti aluminium, besi, dan mangan.[9]
Sisa teh atau ampas teh
ternyata dapat bermanfaat bagi tanaman, yaitu dapat memperbaiki kesuburan
tanah, merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun, limbah rumah tangga ini
dapat digunakan langsung tanpa harus diolah lagi. Ampas teh ini lebih praktis
dibandingkan penggunaan kompos lainnya. Kandungan yang terdapat di ampas teh
selain polyphenol juga terdapat sejumlah vitamin B kompleks kira-kira 10
kali lipat sereal dan sayuran. Ampas teh ini biasanya diberikan pada semua
jenis tanaman. Misalnya, tanaman sayuran, tanaman hias, maupun pada tanaman
obat-obatan, hal ini dikarenakan bahwa ampas teh tersebut mengandung Karbon
Organik, Tembaga (Cu) 20%, Magnesium (Mg) 10% dan Kalsium 13%, kandungan
tersebut dapat membantu pertumbuhan tanaman.
Ampas teh tidak hanya dapat
berfungsi sebagai pupuk ternyata bisa dijadikan sebagai pestisida yang bersifat
toksik bagi serangga tanaman, jika ampas teh ini dijadikan sebagi kompos. Ampas
teh mengandung banyak unsur hara yang bagus untuk tanah. Mikroba yang
dihasilkan oleh ampas teh ini hanya bersifat toksik pada serangga tidak pada
tanaman sehingga tidak perlu khawatir tanaman itu beracun dan berbahaya untuk
dikonsumsi oleh manusia (H. Akhadi 2005). [10]
F. CARA MENGAPLIKASIKAN PUPUK
ORGANIK DARI AMPAS TEH UNTUK MENYUBURKAN TENAMAN
Terdapat beberapa cara mengaplikasikan pupuk
organik dari ampas teh untuuuk menyuburkan tanaman, antara lain :
1. Taburkan ampas teh di sekitar tanaman sambil dibenamkan ke dalam tanah.
Apabila menggunakan teh celup, buka dulu kertas yang membungkus ampas teh.
2. Ampas teh dari sisa penyeduhan di letakkan pada bak
atau tempat khusus yang telah disediakan, kemudian dan didinginkan selama
satu hari. Mikroorganisme ditambahkan untuk mempercepat proses penguraian dan
dilanjutkan dengan proses pembalikan dalam seminggu sekali. Kompos siap
digunakan setelah proses fermentasi berlangsung selama kurang lebih satu bulan.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian materi diatas
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :
Camellia sinensis adalah binomial nomen
culture dari tanaman teh, spesies tanaman yang daun dan pucuk daunnya
digunakan untuk membuat teh (berupa
minuman). Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk
hidup, seperti pelapukan sisa
-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Kandungan teh secara umum antara lain :
a. Kafein
b. Tanin
c. Minyak esensial
d. Polifenol
e. Vitamin C dan
E
Ampas teh yang akan
dijadikan pupuk tanaman, diproses melalui pengolahan secara termofil. Caranya,
ampas teh dari sisa penyeduhan di letakkan pada bak atau tempat khusus yang
telah disediakan, kemudian dan didinginkan selama satu hari. Mikroorganisme
ditambahkan untuk mempercepat proses penguraian dan dilanjutkan dengan proses
pembalikan dalam seminggu sekali. Kompos siap digunakan setelah proses
fermentasi berlangsung selama kurang lebih satu bulan. Sisa teh atau ampas teh dapat
bermanfaat bagi tanaman, yaitu dapat memperbaiki kesuburan tanah, merangsang
pertumbuhan akar, batang dan daun, limbah rumah tangga ini dapat digunakan
langsung tanpa harus diolah lagi. Cara mengaplikasikan pupuk
organik dari ampas teh untuuuk menyuburkan tanaman, antara lain :
a. Taburkan ampas teh di sekitar tanaman sambil
dibenamkan ke dalam tanah. Apabila menggunakan teh celup, buka dulu kertas yang
membungkus ampas teh.
b. Ampas teh dari sisa penyeduhan di letakkan pada bak
atau tempat khusus yang telah disediakan, kemudian dan didinginkan selama
satu hari. Mikroorganisme ditambahkan untuk mempercepat proses penguraian dan
dilanjutkan dengan proses pembalikan dalam seminggu sekali. Kompos siap
digunakan setelah proses fermentasi berlangsung selama kurang lebih satu bulan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.pusatpenelitiantehdankina.com
Kloepper, J.W. 1993. Plant
growth-promoting rhizobacteria as biological control agents. p. 255-274. In
F.Blaine Metting, Jr. (Ed.). Soil Microbiology Ecology, Applications in
Agricultural and Environmental Management. Marcel Dekker, Inc., New York
Suriadikarta, Didi Ardi., Simanungkalit, R.D.M.
(2006).Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Jawa Barat:Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Sutanto, Rachman. (2002). Pertanian organik:
Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Jakarta:Kanisius
Wikimedia commonds. Camellia sinensis. Diakses
2008-02-18.
[1] Wikimedia commonds. Camellia sinensis.
Diakses 2008-02-18.
[2]http://id.wikipedia.org/wiki/Camellia_sinensis
[3] Sutanto, Rachman. (2002). Pertanian organik: Menuju
Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Jakarta:Kanisius
[4] Suriadikarta, Didi Ardi.,
Simanungkalit, R.D.M. (2006).Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Jawa
Barat:Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Hal 2
[5]
http://balittri.litbang.deptan.go.id/index.php/component/content/article/49-infotekno/183-beberapa-pemanfaatan-limbah-dari-industri-teh
[6] http://www.pusatpenelitiantehdankina.com
[7] http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2011/07/01/teh-minuman-menyehatkan-ampasnya-menyuburkan-tanaman-377205.html
[8]
http://balittri.litbang.deptan.go.id/index.php/component/content/article/49-infotekno/183-beberapa-pemanfaatan-limbah-dari-industri-teh
[9] Kloepper, J.W. 1993. Plant growth-promoting
rhizobacteria as biological control agents. p. 255-274. In F.Blaine Metting,
Jr. (Ed.). Soil Microbiology Ecology, Applications in Agricultural and
Environmental Management. Marcel Dekker, Inc., New York
No comments:
Post a Comment