DUKA YANG TERLUKA
Sabak muka
tergilis luka
Entah apa
itu karma
Puing puing
kaca pun melihatnya
Apakah duka
yang terluka?
Air bakat
pada poros kata
Di sanalah
kau menemukannya
Mimpi yang
lelah,tidur yang salah
Kau itari
segala fatamorgana
Air salah didikan,itu
milikmu!!!
Kau tak kan
bisa menafsirkan ayat
Karena kau
hanya berdiri di atas angin
Karena kau
hidup dalam gejolak
Fana, semua
akan fana
Luka itu
milikmu
Bukan
miliknya,bukan pula milikku
Karena kami
hidup dalam harapan
Bernaung
atas do’a
ASA YANG FANA
Ke mana perginya pandangan mata
Pandangan pada satu titik kehidupan
Titik indah,titik terang,laksana
terangnya sang mentari
Titik bukanlah titik,jika belum ada kata
Satu titik terang kini telah menjadi
bagian-bagian tipis yang tiada arti
Terang yang menusuk bola mata
Menembus asa yang pernah dicitakan
bersama
Tahukah???mengapa asa itu fana???...
Bukan!..sama sekali bukan!!!
Ini bukan karena engkau, mentari
Lalu siapa?
Ini semua karena KETAKUTANMU!!!
Iya..ketakutanmu
Ketakutan tuk memilih antara bulan dan
bintang
Yang pantas mendapatkan sinar indahmu
Yang pantas menjadi ratumu
Kegelisahanmu...Kegelisahanmu menjatuhkan
bintang yang menghiasi sang malam
Dan lebih memilih bulan tuk jadi ratu
jagad raya
Ini tidak adil!!!,,sungguh tidak
adil!!!...
Ke mana perginya kebijakanmu
Sebagai raja tata surya kehidupan
Sebagai penerang setiap mozaik kehidupan
Kau tidak adil!!..sungguh tidak
adil!!!,,,tidak adil..tidak adiiil..............
HITAMMU
Putus tali layang-layang
Penat kaki boleh berhenti
Ku ingin bicara padamu wahai
sang awan hitam
Tentang hitamnya hidupmu
Yang telah melewati cerahnya
hidupku
Auramu bagai bunga apiun
Kau sangat cantik dan menawan
Kau buat setiap mata yang melihatmu
terpesona
Namun dengan pesona hitammu
itu
Kau rusak lensa yang tak
berdosa
Cantik,hufh..namun
MEMATIKAN!!!
Mematikan!!!
Kau terbang bagai elang
Tenang,tapi tidak tenang
Diam,tapi tidak diam
Elang bukanlah elang,sebelum
ia menerkam
Ada penyesalan dalam diri
Mengapa aku menggandengkan
kata sahabat denganmu??
Tertumbuk biduk dibelokkan, tertumbuk kata
difikiri
TAK GUNA
Aku bagaikan
angin
Tapi tak
berhembus
Aku bagaikan
air
Tapi tak
menyejukkan
Aku bagai sang
mentari
Tapi tak
menyinari
Dan aku bagaikan tanah yang tak dipijak
Berkelana dalam romannya dunia
DenganMU Sang Pencipta
Denganmu sang gelora
Namun ku sia sia
Terbuang tanpa makna
GEJOLAK PENJARA
ku rindu hadirnya
sang mentari
yang menerangi gulitanya qalbu ini
dari gelap yang sekarat dan sepi yang mencekat
aku lelah,,,,,,
lelah ini memenjarakanku
dalam satu titik, langit yang membisu, hanya menangis dan menangis
aku takut......
ketakutan yang mengisyaratkan ketidak adilan
lalu harapan hanya tergenang, mengikuti aliran takdir
aku membeku,,,,,,
dalam lautan asa menenggelamkan
tiap dingin yang menggigit, tiap gejolak yang bangkit
itu semua adalah karma paling indah, yang tersirat diatas panggung sandiwara
Tuhan,,,,,,,,
berikan daku satu kesempatan,,,
ku ingin gandengkan cintaku padanya, dengan cinta Mu
impian dan cinta yang agung
menggapai asa yang dicitakan bersama
mengukir kisah romansa dunia
arungi kisah yang tertuang, mengekalkan
dan...menggema dalam keabadian
Karya : Sosom, Nafi’,
Ulin.
LANGIT DAN KAMI PUN MENANGIS
Tangisan langit tiada
henti
Mengejar hari tak lekas pergi
Bersahabat dengan ritme
hujan
Menenggelamkan
ketentraman
Menyapu habis kata damai
Kini hanya tinggal
puing-puing harapan
Kenangan pun tersirat di
khayalan
Jeritan mereka yang lemah
Menyentuh relung batin terdalam
Mencekam...selalu terngiang di senja yang kelam
Rumahku,,surgaku,,keluargaku
Kau menghapusnya bagai topan meniup lilin
Perlahan, begitu mudahnya
Kan jadi apa hidup kami kelak
Setelah mala ini berlalu?
Bagaimana cara kami melangkah?
Tanpa tempat berteduh
Ketika panas menyayat tubuh kami
Ketika dingin membekukan langkah kami
Inilah kami yang lemah
Tuhan...
Tunjukkan karuniaMu
Kami mohon demi waktu
Yang Kau suratkan dalam
takdir
Pada kami yang lemah
tanpaMu
No comments:
Post a Comment