Social Icons

Pages

Monday, 20 January 2014

Kumpulan Puisi Nafi'




DUKA YANG TERLUKA

Sabak muka tergilis luka
Entah apa itu karma
Puing puing kaca pun melihatnya
Apakah duka yang terluka?
Air bakat pada poros kata
Di sanalah kau menemukannya
Mimpi yang lelah,tidur yang salah
Kau itari segala fatamorgana
Air salah didikan,itu milikmu!!!
Kau tak kan bisa menafsirkan ayat
Karena kau hanya berdiri di atas angin
Karena kau hidup dalam gejolak
Fana, semua akan fana
Luka itu milikmu
Bukan miliknya,bukan pula milikku
Karena kami hidup dalam harapan
Bernaung atas do’a





ASA YANG FANA



Ke mana perginya pandangan mata

Pandangan pada satu titik kehidupan

Titik indah,titik terang,laksana terangnya sang mentari
Titik bukanlah titik,jika belum ada kata
Satu titik terang kini telah menjadi bagian-bagian tipis yang tiada arti
Terang yang menusuk bola mata
Menembus asa yang pernah dicitakan bersama
Tahukah???mengapa asa itu fana???...
Bukan!..sama sekali bukan!!!
Ini bukan karena engkau, mentari
Lalu siapa?
Ini semua karena KETAKUTANMU!!!
Iya..ketakutanmu
Ketakutan tuk memilih antara bulan dan bintang
Yang pantas mendapatkan sinar indahmu
Yang pantas menjadi ratumu
Kegelisahanmu...Kegelisahanmu menjatuhkan bintang yang menghiasi sang malam
Dan lebih memilih bulan tuk jadi ratu jagad raya
Ini tidak adil!!!,,sungguh tidak adil!!!...
Ke mana perginya kebijakanmu
Sebagai raja tata surya kehidupan
Sebagai penerang setiap mozaik kehidupan
Kau tidak adil!!..sungguh tidak adil!!!,,,tidak adil..tidak adiiil..............
  




HITAMMU

 
Putus tali layang-layang
Penat kaki boleh berhenti
Ku ingin bicara padamu wahai sang awan hitam
Tentang hitamnya hidupmu
Yang telah melewati cerahnya hidupku
Auramu bagai bunga apiun
Kau sangat cantik dan menawan
Kau buat setiap mata yang melihatmu terpesona
Namun dengan pesona hitammu itu
Kau rusak lensa yang tak berdosa
Cantik,hufh..namun MEMATIKAN!!!
Mematikan!!!
Kau terbang bagai elang
Tenang,tapi tidak tenang
Diam,tapi tidak diam
Elang bukanlah elang,sebelum ia menerkam
Ada penyesalan dalam diri
Mengapa aku menggandengkan kata sahabat denganmu??
Tertumbuk biduk dibelokkan, tertumbuk kata difikiri




TAK GUNA





Aku bagaikan angin

Tapi tak berhembus
Aku bagaikan air
Tapi tak menyejukkan
Aku bagai sang mentari
Tapi tak menyinari
 Dan aku bagaikan tanah yang tak dipijak
            Berkelana dalam romannya dunia
            DenganMU Sang Pencipta
Denganmu sang gelora
Namun ku sia sia
Terbuang tanpa makna
  





GEJOLAK PENJARA





ku rindu hadirnya sang mentari
yang menerangi gulitanya qalbu ini
dari gelap yang sekarat dan sepi yang mencekat
aku lelah,,,,,,
lelah ini memenjarakanku
dalam satu titik, langit yang membisu, hanya menangis dan menangis
aku takut......
ketakutan yang mengisyaratkan ketidak adilan
lalu harapan hanya tergenang, mengikuti aliran takdir
aku membeku,,,,,,
dalam lautan asa menenggelamkan
tiap dingin yang menggigit, tiap gejolak yang bangkit
itu semua adalah karma paling indah, yang tersirat diatas panggung sandiwara
Tuhan,,,,,,,,
berikan daku satu kesempatan,,,
ku ingin gandengkan cintaku padanya, dengan cinta Mu
impian dan cinta yang agung
menggapai asa yang dicitakan bersama
mengukir kisah romansa dunia
arungi kisah yang tertuang, mengekalkan
dan...menggema dalam keabadian




Karya : Sosom, Nafi’, Ulin.




LANGIT DAN KAMI PUN MENANGIS



Tangisan langit tiada henti

Mengejar hari tak lekas pergi

Bersahabat dengan ritme hujan

Menenggelamkan ketentraman

Menyapu habis kata damai

Kini hanya tinggal puing-puing harapan

Kenangan pun tersirat di khayalan

                Jeritan mereka yang lemah

                Menyentuh relung batin terdalam

                Mencekam...selalu terngiang di senja yang kelam

                Rumahku,,surgaku,,keluargaku

                Kau menghapusnya bagai topan meniup lilin

                Perlahan, begitu mudahnya

                Kan jadi apa hidup kami kelak

                Setelah mala ini berlalu?

                Bagaimana cara kami melangkah?

                Tanpa tempat berteduh

                Ketika panas menyayat tubuh kami

                Ketika dingin membekukan langkah kami

                Inilah kami yang lemah

Tuhan...

Tunjukkan karuniaMu

Kami mohon demi waktu

Yang Kau suratkan dalam takdir

Pada kami yang lemah tanpaMu

No comments:

 
Blogger Templates