SENJA YANG MEMBEKU
Aku masih saja membeku,
Bagai batu yang terendam salju beribu tahun lamanya
Hanya dingin yg menusuk sampai ke tulang hasta bahkan ribuan tulang lainnya
Sama sekali bukan kehangatan yang ku rasa,
Namun kenistaan karena dusta
Dusta yg diumbar para manusia
Dengan muka tanpa dosa
Menyisakan duka yang terluka
Namun senja itu masih terdiam, menyaksikanku luruh dalam kehampaan
Mungkin ia ku dengar diam
Tp angin itu menggerayangiku
Kau tahu,
embun hanya sebagai kiasan pagiku bagimu hingga aku lupa mengucap,
'selamat
pagi' untukmu
Tapi aku tak kan lupa mengayuh sampan ini untukmu,
agar lekas sampai ke tepi kehidupan
Bukan, bukan tepi, seberang perih maksudku,
Aku tak terlalu tua utk menjinakkan beban
Tapi bagaimana lagi?
Hujan masih menyimpan anganku tuk berbaur dengan bahari
Oleh:
Nafi’ Inayana Zaharo
Setyowati
Muhammad In’amul Fatih
Agus Alwi
Aku masih saja membeku,
Bagai batu yang terendam salju beribu tahun lamanya
Hanya dingin yg menusuk sampai ke tulang hasta bahkan ribuan tulang lainnya
Sama sekali bukan kehangatan yang ku rasa,
Namun kenistaan karena dusta
Dusta yg diumbar para manusia
Dengan muka tanpa dosa
Menyisakan duka yang terluka
Namun senja itu masih terdiam, menyaksikanku luruh dalam kehampaan
Mungkin ia ku dengar diam
Tp angin itu menggerayangiku
Kau tahu,
embun hanya sebagai kiasan pagiku bagimu hingga aku lupa mengucap,
'selamat pagi' untukmu
Tapi aku tak kan lupa mengayuh sampan ini untukmu,
agar lekas sampai ke tepi kehidupan
Bukan, bukan tepi, seberang perih maksudku,
Aku tak terlalu tua utk menjinakkan beban
Tapi bagaimana lagi?
Hujan masih menyimpan anganku tuk berbaur dengan bahari
Oleh:
Nafi’ Inayana Zaharo
No comments:
Post a Comment