Deru air menggerutu keras
Terjun berbondong-bondong
hingga suaranya memerangi hujan angan
Kaki-kaki yang tak telanjang
Mempelipir batu tak berprinsip
Mereka punya batas pandang, begitu juga aku
Tapi titik terjauh itu masih tertutup kabut ketidaksabaran
Hingga tangan mengobat-abit uap putih pun,
Tak bisa membuka ruang yang sudah terbuka
Beri mataku kacamata, satu atau dua lensa
Tapi jangan keliru,
Sebab kau tak mampu melihat,
Apakah bayangan yang ku tatap jatuh tepat, di depan atau di belakang retina?
Tak ada yang lebih paham daripada diriku
Aku tak bisa melihat batas kesabaran dengan jelas
Meski orang-orang bilang bahwa sabar itu sewajarnya saja,
Agar tidak diinjak
Tapi, batas wajar itu seperti apa?
Sumowono, 25 Febuari 2018
No comments:
Post a Comment